BELAJAR MENGAJAR
Minggu, 16 Februari 2014
Bentang Pustaka: Pengiriman Naskah
Bentang Pustaka: Pengiriman Naskah: Q & A tentang Redaksi dan Naskah Ayo, terbitkan bukumu bersama Bentang Pustaka…! Bentang Pustaka menerima kiriman naskah fiksi d...
[HALAMAN GANJIL]: Penerbitan adalah Bisnis, Begitu Juga dengan Buku...
[HALAMAN GANJIL]:
Penerbitan adalah Bisnis, Begitu Juga dengan Buku...: Penerbitan adalah Bisnis, Begitu Juga dengan Buku Puisi --Anwar Holid Penerbitan buku puisi punya tantangan sendiri, terutama karena a...
Penerbitan adalah Bisnis, Begitu Juga dengan Buku...: Penerbitan adalah Bisnis, Begitu Juga dengan Buku Puisi --Anwar Holid Penerbitan buku puisi punya tantangan sendiri, terutama karena a...
Selasa, 17 Desember 2013
Catatan-Catatan Abu Fauzan: Mau Profesional di bidang IT dan Jago Linux ? LP3T...
Catatan-Catatan Abu Fauzan: Mau Profesional di bidang IT dan Jago Linux ? LP3T...: Perkembangan teknologi di era digital sekarang ini semakin tidak terbendung lagi. Temuan dan inovasi setiap saat menghadirkan sesuatu yang ...
Rabu, 11 Desember 2013
Catatan-Catatan Abu Fauzan: Tarakan Kota Minyak Yang Miskin Minyak
Catatan-Catatan Abu Fauzan: Tarakan Kota Minyak Yang Miskin Minyak: Tiba di Bandara Juwata Tarakan Beberapa bulan yang lalu saya sempat mengunjungi kota Tarakan di ujung Utara pulau Kalimantan. Tarakan...
Rabu, 04 Desember 2013
PENDIDIKAN ALA RASULULLAH SAW MENANGKAL KORUPSI
Korupsi saat ini tengah merajalela disemua kalanggan masyarakat, seolah korupsi adalah barang halal yang bisa di gunakan oleh siapa saja termasuk remaja-remaja saat ini. Bagaimana tidak, kita berada di sistem pendidikan yang secara tidak langsung mengajari kita untuk terbiasa dengan perilaku KKN ini, sehingga setiap tindakannya itu sudah seolah adalah halal, bahasa gaulnya anak muda ‘biasa gitu’. Contohnya, ketika remaja-remaja hendak masuk ke tingkat pendidikan lebih tinggi seperti SMA, maka kebiasaan yang terjadi adalah Nepotisme yaitu mengandalkan ‘Dekkeng’ (bahasa Makassar: orang yang disogok biasanya keluarga atau kenalan) untuk bisa masuk ke SMA yang diinginkan, dan bahkan tingkat SMP/SLTP hal inipun terjadi apalagi tingkat perguruan tinggi. Dalam proses dekkeng-dekkengan ini kemudian bertaut kawan-kawannya Nepotisme yaitu Kolusi dan Korupsi. Hal seperti ini sudah menjadi hal yang biasa dan menjadi rahasia bersama. Hal-hal seperti inilah yang kemudian membuat anak-anak kita dan masyarakat belajar sejak dini untuk KKN sampai pada tingkat terbiasa.
Dan amat sangat disayangkan, kasus seperti ini orang
tua-lah yang memerankan peran ini dengan begitu lihai, padahal kita tahu bahwa
orang tua adalah sumber ilmu pertama bagi anak-anak. Dan sikap inilah yang
kemudian dijadikan contoh oleh anak-anak kita dalam hidupnya, jadi jangan heran
jika kelak kita mendapati anak-anak kita duduk dipemerintahan atau jabatan yang
tinggi kemudian mereka melakukan yang namanya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.
Orang tua memang menjadi gerbang pertama karakter anak.
Seperti apa orang tuanya maka seperti itulah anaknya. Di dalam masyarakat,
banyak sekali kebiasaan-kebiasaan negetif yang orang tua contohkan/biasakan yang
bisa menumbuh suburkan benih-benih korupsi. Contohnya, ketika orang tua
menyuruh anak membeli sesuatu di pasar/toko, misalnya Ia memberikan uang
Rp50.000, sementara barang yang dibeli hanya Rp30.000 jadi masih ada sisinya
Rp20.000, anak terkadang mengambil sisa uang tersebut tanpa memintanya terlebih
dahulu pada orang tuanya, di tambah lagi orang tua tidak menegurnya. Dari
sinilah kemudian timbul kebiasaan-kebiasaan mengambil tanpa meminta.
Kebiasaan-kebiasaan kecil ini akan terbawa ke lingkungan sekitarnya dan bisa
jadi makin besar dan mengakar hingga kemudian saat si anak duduk di bangku
kerja maka hal ini akan terbawa sebagai karakter pribadinya. Inilah akar
permasalahan korupsi tersebut di Negara kita tercinta, Indonesia.
Korupsi yang terjadi di Negara kita ini sudah pada
tingkat parah. Kerugian yang ditimbulkan dampaknya sistemik, pada seluruh
sector kehidupan. karna itu harus segera di tangani dengan baik, oleh sistem yang
baik, untuk melahirkan orang-orang yang benar.
Maka, orang pertama yang harus melakukan hal ini adalah
para orang tua. Orang tua harus punya pendidikan akhlak yang baik untuk bisa
memberikan contoh-contoh yang baik pula
untuk anak-anaknya. Anak-anak meniru dan mencontoh tingkah laku orang tuanya,
ketika orang tua mengeluhkan buruknya sikap anak-anaknya sesungguhnya orang tua
sedang mengeluhkan sikapnya sendiri. Dalam hal ini bisa kita katakana pada
orang tua ‘’seandainya anda mau memperbaiki sikap anda terlebih dahulu, niscaya
anak-anak anda akan menjadi baik dengan sendirinya. Bukankah cabang bagian dari
pohonnya. Jika orang tua membiasakan diri bersikap jujur, disiplin, menepati
janji, berbakti kepada orang tua, silaturahmi, dan amanah mereka akan
menghasilkan anak-anak yang seperti itu pula’’.
Bertolak dari sistem pendidikan Nabiullah SAW. pendidikan
akhlak itu adalah pendidikan pertama dan utama untuk anak-anak. Sejak dini
beliau mengajarkan kejujuran dan kedisiplinan kepada anak-anak dengan cara
sholat. Sholat disini adalah induk pendidikan. Dalam menerapkan pendidikan ini
Nabiullah SAW selalu berangkat dari Al-Qur’an, karna Al-Qur’an adalah sumber
segala ilmu.
Nabiullah SAW. mencontohkan sistem pendidikan yang
komplit, penggabungan antara akhlak mulia dan ilmu pengetahuan. Jadi ilmunya
dapat, karakterknya juga dapat. Sehingga hal ini secara langsung dan tidak
langsung akan memfilter yang namanaya KKN dan menjadikan karakter anak, karakter anti korupsi.
Sistem pendidikan ala Nabiullah SAW. yang kita butuhkan
sekarang ini. Sistem pendidikan Islam. Yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Nabiullah SAW.
menawarkan sistem pendidikan yang yang tepat dan mengena, Beliau memerintahkan
untuk menuntut ilmu, beliau terjun langsung untuk melakukan pengarahan dan
bercerita untuk membuat perumpamaan. Beliau juga melakukan dialog dan negosiasi
dalam proses untuk mendidik sehingga logika anak terbentuk dan bisa mengambil keputusan
yang tepat. Nabiullah SAW. terkenal dengan senyumnya, candaanya yang selalu ia
terapkan dalam proses pengajaran agar terjadi dinamika belajar sehingga tidak
membosankan, Jaris berkata: ‘’Rasulullah SAW. tidak pernah menolak menemuiku
semenjak aku masuk islam. Dan setiap kali melihatku beliau selalu tersenyum
kepadaku’’ (Shahih Ibnu Hibban, 16/175: dalam Cara Nabi SAW. Mendidik Remaja
ABG hal: 116). Dan yang terpenting adalah Beliau tegas dank keras saat melihat
pelanggaran. Nabiullah SAW bersabda: ‘’Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu
binasa karena apabila orang yang mereka hormati mencuri maka mereka
membiarkannya; dan apabila orang yang lemah mencuri maka mereka menghukumna.
Demi Allah, seandainya Fatimah binti Mumahmmad mencuri, niscaya aku akan
memotong tangannya’’ (Al-Lu-lu’ Wal Marjan: dalam Cara Nabi SAW. Mendidik
Remaja ABG Hal;122-123).
Metode-metode seperti inilah yang kemudian kita butuhkan
untuk pendidikan kita. Dan orang tua disini harus memahami betul metode-metode
ini sebagai guru pertama untuk anak-anaknya. Muslim pertama yang dicontoh oleh anak-anaknya. Nabiullah SAW. penuh dengan
kelembutan dan kasih sayang dalam mendidik sahabat-sahabatnya sehingga lahirlah
sebuah generasi shalih yang merupakan generasi terbaik sepanjang masa. Itulah
yang kemudian kita harapkan untuk Indonesia. Dengan sistem pendidika yang tepat
dari orang tua sejak dini, lingkungan dan bangku sekolah maka insyaallah tidak
ada lagi yang namanya Korupsi dan kawan-kawannya.
Senin, 02 Desember 2013
Langganan:
Postingan (Atom)