Catatan-Catatan Abu Fauzan: Mau Profesional di bidang IT dan Jago Linux ? LP3T...: Perkembangan teknologi di era digital sekarang ini semakin tidak terbendung lagi. Temuan dan inovasi setiap saat menghadirkan sesuatu yang ...
Selasa, 17 Desember 2013
Rabu, 11 Desember 2013
Catatan-Catatan Abu Fauzan: Tarakan Kota Minyak Yang Miskin Minyak
Catatan-Catatan Abu Fauzan: Tarakan Kota Minyak Yang Miskin Minyak: Tiba di Bandara Juwata Tarakan Beberapa bulan yang lalu saya sempat mengunjungi kota Tarakan di ujung Utara pulau Kalimantan. Tarakan...
Rabu, 04 Desember 2013
PENDIDIKAN ALA RASULULLAH SAW MENANGKAL KORUPSI
Korupsi saat ini tengah merajalela disemua kalanggan masyarakat, seolah korupsi adalah barang halal yang bisa di gunakan oleh siapa saja termasuk remaja-remaja saat ini. Bagaimana tidak, kita berada di sistem pendidikan yang secara tidak langsung mengajari kita untuk terbiasa dengan perilaku KKN ini, sehingga setiap tindakannya itu sudah seolah adalah halal, bahasa gaulnya anak muda ‘biasa gitu’. Contohnya, ketika remaja-remaja hendak masuk ke tingkat pendidikan lebih tinggi seperti SMA, maka kebiasaan yang terjadi adalah Nepotisme yaitu mengandalkan ‘Dekkeng’ (bahasa Makassar: orang yang disogok biasanya keluarga atau kenalan) untuk bisa masuk ke SMA yang diinginkan, dan bahkan tingkat SMP/SLTP hal inipun terjadi apalagi tingkat perguruan tinggi. Dalam proses dekkeng-dekkengan ini kemudian bertaut kawan-kawannya Nepotisme yaitu Kolusi dan Korupsi. Hal seperti ini sudah menjadi hal yang biasa dan menjadi rahasia bersama. Hal-hal seperti inilah yang kemudian membuat anak-anak kita dan masyarakat belajar sejak dini untuk KKN sampai pada tingkat terbiasa.
Dan amat sangat disayangkan, kasus seperti ini orang
tua-lah yang memerankan peran ini dengan begitu lihai, padahal kita tahu bahwa
orang tua adalah sumber ilmu pertama bagi anak-anak. Dan sikap inilah yang
kemudian dijadikan contoh oleh anak-anak kita dalam hidupnya, jadi jangan heran
jika kelak kita mendapati anak-anak kita duduk dipemerintahan atau jabatan yang
tinggi kemudian mereka melakukan yang namanya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.
Orang tua memang menjadi gerbang pertama karakter anak.
Seperti apa orang tuanya maka seperti itulah anaknya. Di dalam masyarakat,
banyak sekali kebiasaan-kebiasaan negetif yang orang tua contohkan/biasakan yang
bisa menumbuh suburkan benih-benih korupsi. Contohnya, ketika orang tua
menyuruh anak membeli sesuatu di pasar/toko, misalnya Ia memberikan uang
Rp50.000, sementara barang yang dibeli hanya Rp30.000 jadi masih ada sisinya
Rp20.000, anak terkadang mengambil sisa uang tersebut tanpa memintanya terlebih
dahulu pada orang tuanya, di tambah lagi orang tua tidak menegurnya. Dari
sinilah kemudian timbul kebiasaan-kebiasaan mengambil tanpa meminta.
Kebiasaan-kebiasaan kecil ini akan terbawa ke lingkungan sekitarnya dan bisa
jadi makin besar dan mengakar hingga kemudian saat si anak duduk di bangku
kerja maka hal ini akan terbawa sebagai karakter pribadinya. Inilah akar
permasalahan korupsi tersebut di Negara kita tercinta, Indonesia.
Korupsi yang terjadi di Negara kita ini sudah pada
tingkat parah. Kerugian yang ditimbulkan dampaknya sistemik, pada seluruh
sector kehidupan. karna itu harus segera di tangani dengan baik, oleh sistem yang
baik, untuk melahirkan orang-orang yang benar.
Maka, orang pertama yang harus melakukan hal ini adalah
para orang tua. Orang tua harus punya pendidikan akhlak yang baik untuk bisa
memberikan contoh-contoh yang baik pula
untuk anak-anaknya. Anak-anak meniru dan mencontoh tingkah laku orang tuanya,
ketika orang tua mengeluhkan buruknya sikap anak-anaknya sesungguhnya orang tua
sedang mengeluhkan sikapnya sendiri. Dalam hal ini bisa kita katakana pada
orang tua ‘’seandainya anda mau memperbaiki sikap anda terlebih dahulu, niscaya
anak-anak anda akan menjadi baik dengan sendirinya. Bukankah cabang bagian dari
pohonnya. Jika orang tua membiasakan diri bersikap jujur, disiplin, menepati
janji, berbakti kepada orang tua, silaturahmi, dan amanah mereka akan
menghasilkan anak-anak yang seperti itu pula’’.
Bertolak dari sistem pendidikan Nabiullah SAW. pendidikan
akhlak itu adalah pendidikan pertama dan utama untuk anak-anak. Sejak dini
beliau mengajarkan kejujuran dan kedisiplinan kepada anak-anak dengan cara
sholat. Sholat disini adalah induk pendidikan. Dalam menerapkan pendidikan ini
Nabiullah SAW selalu berangkat dari Al-Qur’an, karna Al-Qur’an adalah sumber
segala ilmu.
Nabiullah SAW. mencontohkan sistem pendidikan yang
komplit, penggabungan antara akhlak mulia dan ilmu pengetahuan. Jadi ilmunya
dapat, karakterknya juga dapat. Sehingga hal ini secara langsung dan tidak
langsung akan memfilter yang namanaya KKN dan menjadikan karakter anak, karakter anti korupsi.
Sistem pendidikan ala Nabiullah SAW. yang kita butuhkan
sekarang ini. Sistem pendidikan Islam. Yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Nabiullah SAW.
menawarkan sistem pendidikan yang yang tepat dan mengena, Beliau memerintahkan
untuk menuntut ilmu, beliau terjun langsung untuk melakukan pengarahan dan
bercerita untuk membuat perumpamaan. Beliau juga melakukan dialog dan negosiasi
dalam proses untuk mendidik sehingga logika anak terbentuk dan bisa mengambil keputusan
yang tepat. Nabiullah SAW. terkenal dengan senyumnya, candaanya yang selalu ia
terapkan dalam proses pengajaran agar terjadi dinamika belajar sehingga tidak
membosankan, Jaris berkata: ‘’Rasulullah SAW. tidak pernah menolak menemuiku
semenjak aku masuk islam. Dan setiap kali melihatku beliau selalu tersenyum
kepadaku’’ (Shahih Ibnu Hibban, 16/175: dalam Cara Nabi SAW. Mendidik Remaja
ABG hal: 116). Dan yang terpenting adalah Beliau tegas dank keras saat melihat
pelanggaran. Nabiullah SAW bersabda: ‘’Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu
binasa karena apabila orang yang mereka hormati mencuri maka mereka
membiarkannya; dan apabila orang yang lemah mencuri maka mereka menghukumna.
Demi Allah, seandainya Fatimah binti Mumahmmad mencuri, niscaya aku akan
memotong tangannya’’ (Al-Lu-lu’ Wal Marjan: dalam Cara Nabi SAW. Mendidik
Remaja ABG Hal;122-123).
Metode-metode seperti inilah yang kemudian kita butuhkan
untuk pendidikan kita. Dan orang tua disini harus memahami betul metode-metode
ini sebagai guru pertama untuk anak-anaknya. Muslim pertama yang dicontoh oleh anak-anaknya. Nabiullah SAW. penuh dengan
kelembutan dan kasih sayang dalam mendidik sahabat-sahabatnya sehingga lahirlah
sebuah generasi shalih yang merupakan generasi terbaik sepanjang masa. Itulah
yang kemudian kita harapkan untuk Indonesia. Dengan sistem pendidika yang tepat
dari orang tua sejak dini, lingkungan dan bangku sekolah maka insyaallah tidak
ada lagi yang namanya Korupsi dan kawan-kawannya.
Senin, 02 Desember 2013
Sabtu, 30 November 2013
REVIEW NOVEL ‘ CINE US ‘
Guys,
Noura Books nerbitin nih lagi novel keren, judulnya CINE US. Tanggapan pertama
gue ngeliat novel ini ‘pasti ceritanya tentang cina’ (karna judulnya CINE,
hehehehe) ato ‘mentok-mentok tokoh utamanya cina, yang jalan ceritanya pasti
tentang ras, agama atau sejenisnya’ tapi pas gue baca sinopsisnya, wah beda
bro, dan gue baca sekali lagi sinopsisnya, bikin penasaran. Harganya cukup
mahal sih untuk kantong mahasiswa seperti gue, 45000-an bro, ada kembaliannya
sih beberapa perak. Tapi dari pada nganggur dikos dak ada kerjaan gue paksain
beli (bye-bye Bakso). Lagian gue mau tahu, bagaimana si tokoh utama ‘Lena’
mengalahkan mantan pacarnya di festival film remaja, sepertinya ini akan seru.
Tidak
perlu waktu bertahun untuk gue nyelesaiin novel ini, habis ceritanya ngalir,
enak dibaca, bahasanya simple dan agak puitis, yang pasti cocok banget untuk
remaja-remaja galau agar tidak galau lagi. Di novel ini, kamu akan temukan
bahwa cinta itu memang menyakitkan apalagi setelah patah hati tapi bisa jadi
batu loncatan yang begitu tinggi dan kerennya kamu selalu punya kekuatan lebih
untuk meloncati batu tinggi tersebut.
Evi
Sri Rezeki (kok, kesannya dak sopan yah, panggil kakak ato mbak yah? Kak aja
de), Kak Evi suskses habis menceritakan tokoh Lena dalam novel ini, kreatif,
penuh semangat (kalah Naruto) dan pantang menyerah. Lena dalam novel ini
berhasil mengubah energy negative dari sakit hatinya terhadap mantan pacarnya
menjadi energy positif dan kerennya ia mampu menularkannya keteman-temannya
yang lain. Dan satu hal lagi, si cowok misteris, sukses juga diceritakan dengan
misterisu pula. Tapi kenapa yah, dia suka muncul dari balik semak-semak?
Seperti kucing ato kelinci aja, tapi disitulah sisi menariknya guys.
Banyak inspirasi yang bisa kita dapatkan dari
novel ini, semangatnya, kreatifitasnya, inovasinya dan yang paling keren adalah
Webnya. Jadi penasaran nih ingin membuat web seperti cowok misterius dalam
novel, kalian mau tahu namanya. Kalo gue beritahu jadinya tidak misterius lagi
donk, hehehehe, beli bukunya and than rasakan sensasinya.
Rabu, 27 November 2013
KEMARIN
sore ini
ada dibagian hatiku yang gerimis
membasahi hampir seluruh luka dan haruskah aku merasa perih lagi disenja sore ini
aku terpekur
kaku dalam cinta
menghantam bagian2 yg tak kusangka
haruskah aku merana lagi melihat senyummu pergi
seperti kupu-kupu meninggalakan kepompongnya
tak berperih tak ingin kembali lagi
aku tak sanggup
mencerna bibirmi yg manis
cinta dan bayang2
seperti hari kemarin haruskah aku mengenangmu hanya sebagai hari kemarin
kasihku!
aku ragu, masih pantaskah kau kupanggil kasih!
samar-samar
kulihat kau jatuh cinta lagi...
ada dibagian hatiku yang gerimis
membasahi hampir seluruh luka dan haruskah aku merasa perih lagi disenja sore ini
aku terpekur
kaku dalam cinta
menghantam bagian2 yg tak kusangka
haruskah aku merana lagi melihat senyummu pergi
seperti kupu-kupu meninggalakan kepompongnya
tak berperih tak ingin kembali lagi
aku tak sanggup
mencerna bibirmi yg manis
cinta dan bayang2
seperti hari kemarin haruskah aku mengenangmu hanya sebagai hari kemarin
kasihku!
aku ragu, masih pantaskah kau kupanggil kasih!
samar-samar
kulihat kau jatuh cinta lagi...
GENERASI MUDA DAN DUNIA POLITIK
Generasi muda Indonesia adalah tunas-tunas bangsa penerus
cita-cita mulia Pacasila untuk menjadikan Indonesia Negara yang utuh,
sejahtera, adil dan makmur dalam keberagaman kehidupan masyarakatnya. Di pundak
generasi-generasi muda ini kemudian kita akan menaruh kepercayaan dan tanggung
jawab yang besar untuk masa depan Indonesia dimasa yang akan datang. Kemudian
timbul pertanyaan, mampukah kemudian generasi-generasi muda kita mengembang
amanah sebesar ini?
Indonesia adalah Negara berkembang dengan jumlah penduduk
muda yang sangat banyak dan dari latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Keberagaman ini bukanlah sebuah masalah melainkan anugerah yang besar dari
Tuhan Yang Maha Esa. Banyaknya penduduk muda Indonesia menjadikannya sebagai
pusat perkembangan budaya dan politik. Generasi muda sekarang dihadapkan pada
banyak dinamika, terutama dinamika politik yang berpengaruh pada perkembangan
sosial dan psikologis remaja dalam kehidupannya. Karena hal inilah kemudian
pendidikan politik itu menjadi penting untuk generasi muda Indonesia.
Pendidikan politik untuk generasi muda dimaksudkan agar generasi muda ini tahu
hak dan kewajiban mereka sebagai warga Negara selain itu agar tidak timbul
paradigma ‘’politik itu kotor’’ di benak generasi-generasi penerus bangsa.
Generasi-generasi muda dalam politik ini adalah
remaja-remaja berusia 17-21 tahun yang umumnya baru akan terjung ke dunia
politik sebagai pemilih pemula. mereka adalah generasi –generasi bangsa yang
masih duduk di bangku-bangku SMA umumnya kelas 12 dan mahasiswa-mahasiswa
semester-semester awal. Mereka bukan tidak memahami dunia politik melainkan
mereka sudah cukup banyak mendaptkan informasi mengenai dinamika-dinamika
perpolitikan di tanah air dari media-media informasi seperti televisi, radio,
Koran, maupun jejaring sosial. Mengingat keadaan perpolitikan Indonesia saat
ini yang sedang carut marut dengan berita-berita negative terutama korupsi yang
dilakukan para pelaku politik yang disiarkan diberbagai media bukan tidak
mungkin generasi-generasi muda saat ini mendaptkan gambaran negative tentang
politik. Mungkin inilah kemudian yang menjadi alasan mengapa pemilihan Gubernur
di Jabar 2012 lalu terdapat lebih dari dari 30% pemilih tetap memilih untuk
golput, karena anggapan negative tadi yang berkembang dimasyarakat termasuk
para pemilih pemula yang kemudian memilih untuk golput.
Disinilah peranan
pendidikan politik dini terhadap para remaja-remaja agar paradigma ‘’politik
kotor’’ itu dihilangkan. Politik tidak kotor tapi orangnya yang kotor.
Berbicara politik sama saja dengan berbicara kekuasaan. Berbicara kekuasaan
sama saja berbicara perubahan. Dan berbicara perubahan maka ada dua hal yang
akan terjadi, yaitu perubahan positif dan negative. Karena politik itu tidak
kotor melainkan orangnya maka, ketika politik ini berada ditangan yang kotor
hasilnya adalah seperti yang kita lihat hari ini di berita-berita mengenai
korupsi, kolusi dan nepotisme. Tetapi jika kemudian politik ini ada ditangan
yang tepat maka Negara ini akan menjadi negara yang maju, utuh dan damai dengan
kemajemukannya.
Pendidikan politik untuk generasi-generasi muda bangsa
ini sangat penting untuk meningkatkan ketajaman naluri politik sehingga
generasi muda ini bisa menjadi pemilih-pemilih yang cerdas yang tidak hanya
datang ke TPS mencoblos kemudian selesai permasalahan. Tetapi generasi-generasi
muda ini diharapkan memiliki tanggung jawab moral dalam memilih pemimpin yang
berkualitas, cerdas, dan memiliki visi dan misi yang jelas dan berpihak pada
rakyat sekaligus menjadi pengawas pemilu dan mengawal perjalanan calon yang
terpilih sebagai pemimpin selama 5 tahun kedepannya.
Generasi muda ini adalah ‘agen of change’ sebagai
pemilih yang rasional, memilih berdasarkan kualitas calon bukan yang ‘money
politik’. Generasi muda masih fresh, bersih, jujur dan idealis, hal ini jangan
kita kotori dengan hal-hal yang dapat merusak generasi ini karena ditangan
merekalah kemudian masa depan Indonesia dipertaruhkan.
Hari ini yang kita lihat bahwa para
parpol dan calon-calon pemimpin cenderung mengabaikan generasi-generasi muda
ini seolah-olah mereka tidak ada. Padahal jumlah mereka sangat banyak dan mampu
memberikan jumlah suara yang cukup signifikan dalam pemilu. Jumlah pemilih
pemula 2014 ini kurang lebih 40 juta
jiwa, jumlah ini tidak sedikit dan pemilih pemula ini ‘update’ tentang dunia
perpolitikan di tanah air mereka tahu siapa calon-calon layak dan tidak layak
menduduki kursi pemimpin. Selain itu mereka ini masih fresh, bersih, jujur dan
idealis, tap mereka masih labil dan butuh landasan yang kuat untuk
mempertahankan sikap ini. Pemerintah, LSM, Parpol-parpol dan calon-calon
pemimpin ini seharusnya mulai sekarang harus gencar mensosialisasikan di
tingkat SMA dan Univesitas serta pemuda-pemudi yang hidup di dalam masyarakat seperti
apa itu politik yang seharusnya, hakikat politik dan hakikat suatu Negara agak
kemudian paradigma politik bersih dan politik kotor itu tidak ada lagi.
Kemudian kita hanya akan mengenal 1 yaitu POLITIK.
Parpol-parpol dan calon-calon
pemimpin yang akan terjun harus tampil beda untuk memikat para pemilih pemula
ini. Jika kemudian saat tampil dihadapan pemilih dewasa dengan gaya tegas,
otoriter, dan formal, mereka harus mengubahnya saat tampil dihadapan pemilih
pemula, yaitu dengan cara tampil lebih segar, terbuka dan ramah agar hati
pemilih pemula ini bisa terpikat. Dan satu hal yang tidak terlepas dari kaula
muda adalah jejaring sosial, karena kebanyakan pengguna jejaring sosial itu
adalah para pemuda-pemudi usia pemilih pemula. Maka jejaring sosial ini bisa
menjadi media untuk menghubungkan antara para kandidat dengan para pemilih
pemula. Terlepas dari semua itu biasanya para pemilih pemula ini suaranya
ditentukan oleh lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya, mereka
masih sangat labil sehingga mudah untuk dipengaruhi. Untuk mendapatkan suara
dari pemilih pemula ini para candidat harus kerja ekstra dengan cara yang benar
dan tepat. Hal ini sekaligus memberikan pemahaman terhadap pemilih pemula ini akan
hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang baik.
Generasi-generasi muda ini memang
sudah seharusnya mendapatkan pendidikan politik yang benar agar mereka tahu
seperti apa itu kekuasaan, bagaimana duduk yang benar di kursi kekuasaan,
seperti apa hak dan kewajiban sebagai pemegang kekuasaan dan untuk siapa
kekuasaan itu. Mereka harus memahami hakikatnya sebagai individu, manusia
sosial, masyarakat dan memahami bagaimana hidup berdampingan dengan nilai dan
norma sekaligus warga Negara yang baik. Kita harus memulai satu langkah untuk membuat
langkah-langkah berikutnya, dan kita bisa mulai dengan mendidik generasi muda
ini untuk ‘say no’ pada golput dan ‘say no’ pada ‘money politik’. Untuk bisa
melakukan semua itu kita harus berswadaya bersama-sama mewujudkannya, masuk
kesekolah-sekolah, universitas-universitas, merangkul LSM (lembaga swadaya
masyarakat), organisasi-organisasi kepemudaan termasuk para parpol dan
calon-calon pemimpin, membangun kesadaran bersama demi tanah air tercinta.
Memberikan pemahaman yang benar tentang politik kepada generasi muda dan
mengajari mereka cara berpolik yang benar, menghilangkan paradigma negative dan
membangun paradigm positif sehingga generasi muda kita tumbuh sebagai
orang-orang yang sadar polik dan tahu bagaimana berpolitik yang benar. Jika semua hal ini kita lakukan dengan baik dan
benar maka generasi-generasi muda betul-betul akan menjadi ‘agen of change’
dalam dunia perpolitikan tanah air tercinta
Saya optimis bahwa generasi muda Indonesia
mampu memberikan warna yang berbeda sekaligus menyegarkan untuk pembaharuan
Indonesia dimasa yang akan datang. Beri mereka kesempatan, dorongan untuk
menjadi The Best In The Indonesia And The World dengan begitu kita bisa
memberikan amanah yang besar ini kepada mereka untuk melanjutkan perjuangan
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Bahasa Daerah Tak Terdeteksi di Kurikukum 2013
Inilah
Indonesia yang dengan tingkat itelegens yang tinggi hingga kita tidak
henti-hentinya mengganti kurikulum. Tahun ini Indonesia akan kembali melahirkan
kurikulum baru, kurikulum 2013. Pertanyaannya sampai dimana kurikulum ini akan
mampu bertahan? Hanya mentri pendidikan periode yang akan datang saja yang
mampu menjawabnya.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa kurikulum 2006 atau yang lebih kita kenal dengan sebutan
Satandar KTSP memiliki banyak kekurangan. Salah satunya adalah sistem
pembelajarannya berpusat pada guru sehingga peserta didik cenderung seperti
‘’disuapi’’ dalam proses belajar-mengajar sehingga tidak terjadi interaksi
didalam proses belajar-mengajar tersebut. Metode mengajarnyapun sangat kaku sehingga
membuat para peserta didik jenuh dan bosan. Dan terlalu menitik beratkan pada
aspek kognitif dan kurang bermuatan karakter. Hanya satu kelebihan kurikulum
2006 ini bahwa didalam kurikulum 2006 masih tercium aroma cinta tanah air
dengan dijadikannya bahasa daerah sebagai bagian dari kurikulum. Sementara
dikurikulum baru ini, kurikulum 2013 Bahasa Daerah sama sekali tak terdeteksi.
Alasan
apa yang menjadi dasar dihilangkannya bahasa daerah dalam kurikulum baru ini?
Alasan apapun seharusnya tidak bisa dijadikan dasar untuk menghilangkan bahasa
daerah dalam kurikulum. Bahasa daerah adalah bahasa Ibu warisan bangsa yang
sangat berharaga dan patut di perjuangkan kelestariannya. Tapi ternyata hal ini
tidak sama bagi mereka yang duduk di balik kurikum 2013 ini.
Alih-alih
Bahasa Daerah akan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seni budaya dan
prakarya, bukankah materi seni budaya itu sudah sangat banyak. Didalamnya
terdapat seni music, seni rupa, seni tari, seni lukis, seni pahat, dan banyak
lagi yang lain yang tentu membutuhkan banyak waktu untuk mempelajarinya lalu
kapan Bahasa Daerah akan diajarkan? Mempelajari setiap sub dari seni budaya itu
sendiri kadang tidak tuntas apalagi harus ditambah dengan Bahasa Daerah. Bahasa
Daerah butuh jam sendiri bukan ‘’numpang’’ di mata pelajaran lain.
Pengintegrasian ini adalah bahasa pengalusan dihilangkannya Bahasa Daerah dalam
kurikulum. Kurikulum 2013 cinta tanah air tanpa Bahasa Daerah sama saja bohong.
UUD 1945
pasal 32 ayat (2) yang berbunyi ‘’negara
menghormati dan memelihara Bahasa Daerah sebagai kekayaan budaya nasional’’.
Mungkin UU ini dilupakan oleh para pencetus kurikulum 2013 sehingga bahasa
daerah dihapuskan dalam kurikulum ini. Hal
ini pada akhirnya menimbulkan keraguan dari banyak pihak tentang komitmen
pemerintah dalam melaksanakan amanat konstitusi tersebut. Kita harus kembali
kepada pengertian budaya nasional. Budaya nasional merupakan puncak-puncak dari
kebudayaan daerah diseluruh nusantara, dan termasuk didalamnya adalah Bahasa
Daerah. Indonesia memiliki lebih dari 700 macam bahasa daerah dan banyak
diantaranya butuh perhatian ekstra dari pemerintah karena sudah banyak yang
terancam punah, lalu kemudian kurikulum 2013 menghilangkannya dari dunia
pendidikan lalu kepada siapa lagi kita berharap Bahasa Daerah ini dilestarikan
kalau pendidikan kita saja menolak melestarikannya. Padahal didunia pendidikan
generasi-genersi muda bangsa ini akan mengalami proses-proses pembudayaan dan
lewat pendidikan pula proses-proses sebuah bangsa mewujudkan kebudayaannya akan
tercipta seperti yang diinginkan. Kebudayaan bukan sebatas perlu dilestaraikan
melainkan menjadi jati diri untuk merepons budaya-budaya lain dan menghadapai
berbagai tantangan globalisasi dimasa akan datang.
Apakah
kurikulum 2013 malu dengan Bahasa Daerah? Apakah orang-orang dibalik kurikulum
ini tidak memiliki Bahasa Daerah? Ataukah mereka pemain naturalisasi dalam
pemerintahan kita? Pantaskah kita mempercayakan sistem pendidikan dengan
filosofi budaya luhur ditangan mereka yang menghilangkan budaya luhur itu
sendiri yaitu Bahasa Daerah.
Didalam
Bahasa Daerah itu terdapat banyak sekali nilai-nilai luhur warisan nenek moyang
yang selaras dengan Agama, Pancasila dan UUD 1945 sekaligus menjunjung tinggi
adat-istiadat dan norma yang berlaku didalam masyarakat. Bahasa Daerah adalah
jati diri anak-anak bangsa. Menghilangkan Bahasa Daerah sama menghilangkan jati
diri bangsa. Generasi muda akan kesulitan mengenali dirinya sebagai bagian dari
kemajemukan masyarakat Indonesia dan dunia modernisasi saat ini. Mereka akan kebarat-baratan, budaya timur
akan perlahan hilang di ikuti oleh budaya lokal di dalam diri generasi muda dan
masyarakat. satu hal yang harus kita ingat bahwa Bahasa Indonesia bahasa
kebangsaan kita itu diambil dari bahasa Melayu, dan sangat disayangkan
kurikulum 2013 tidak sejalan dengan amanat bangsa dan tidak sensitive dengan
budaya masyarakat khususnya Bahasa Daerah.
Kurikulum
2013 masih dalam bentuk draf tapi sudah bisa dipastikan tahun ini kisarannya
Juni akan mulai diberlakukan. Jika kemudian pemerintah tetap bersikukuh
meniadakan Bahasa Daerah atau bahasa halusnya mengintegrasikannya kedalam mata
pelajaran Seni Budaya maka pemerintah daerah harus bersiap-siap untuk membuat
aturan-aturan daerah atau peraturan gubernur untuk menjaga Bahasa Daerah tetap
menjadi mata pelajaran mandiri atau berdiri sendiri. Pemerintah daerah harus
menyegarakan hal ini dan butuh keseriusan didalamnya, karena Bahasa Daerah
bukanlah sebatas artefak yang harus
dilestarikan tapi lebih dari. Bahasa Daerah membentuk karakter anak bangsa
dengan kearifan lokal didalamnya. Budaya-budaya luhur yang syarat dengan makna
tinggi dan selarah dengan kehidupan dunia dan agama.
Langganan:
Postingan (Atom)