Rabu, 04 Desember 2013

PENDIDIKAN ALA RASULULLAH SAW MENANGKAL KORUPSI


               Korupsi saat ini tengah merajalela disemua kalanggan masyarakat,  seolah korupsi adalah barang halal yang bisa di gunakan oleh siapa saja termasuk remaja-remaja saat ini. Bagaimana tidak, kita berada di sistem pendidikan yang secara tidak langsung mengajari kita untuk terbiasa dengan perilaku KKN ini, sehingga setiap tindakannya itu sudah seolah adalah halal, bahasa gaulnya anak muda ‘biasa gitu’. Contohnya, ketika remaja-remaja hendak masuk ke tingkat pendidikan lebih tinggi seperti SMA, maka kebiasaan yang terjadi adalah Nepotisme yaitu mengandalkan ‘Dekkeng’ (bahasa Makassar: orang yang disogok biasanya keluarga atau kenalan) untuk bisa masuk ke SMA yang diinginkan, dan bahkan tingkat SMP/SLTP hal inipun terjadi apalagi tingkat perguruan tinggi. Dalam proses dekkeng-dekkengan ini kemudian bertaut kawan-kawannya Nepotisme yaitu Kolusi dan Korupsi. Hal seperti ini sudah menjadi hal yang biasa dan menjadi rahasia bersama. Hal-hal seperti inilah yang kemudian membuat anak-anak kita dan masyarakat belajar sejak dini untuk KKN sampai pada tingkat terbiasa.
            Dan amat sangat disayangkan, kasus seperti ini orang tua-lah yang memerankan peran ini dengan begitu lihai, padahal kita tahu bahwa orang tua adalah sumber ilmu pertama bagi anak-anak. Dan sikap inilah yang kemudian dijadikan contoh oleh anak-anak kita dalam hidupnya, jadi jangan heran jika kelak kita mendapati anak-anak kita duduk dipemerintahan atau jabatan yang tinggi kemudian mereka melakukan yang namanya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.
            Orang tua memang menjadi gerbang pertama karakter anak. Seperti apa orang tuanya maka seperti itulah anaknya. Di dalam masyarakat, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan negetif yang orang tua contohkan/biasakan yang bisa menumbuh suburkan benih-benih korupsi. Contohnya, ketika orang tua menyuruh anak membeli sesuatu di pasar/toko, misalnya Ia memberikan uang Rp50.000, sementara barang yang dibeli hanya Rp30.000 jadi masih ada sisinya Rp20.000, anak terkadang mengambil sisa uang tersebut tanpa memintanya terlebih dahulu pada orang tuanya, di tambah lagi orang tua tidak menegurnya. Dari sinilah kemudian timbul kebiasaan-kebiasaan mengambil tanpa meminta. Kebiasaan-kebiasaan kecil ini akan terbawa ke lingkungan sekitarnya dan bisa jadi makin besar dan mengakar hingga kemudian saat si anak duduk di bangku kerja maka hal ini akan terbawa sebagai karakter pribadinya. Inilah akar permasalahan korupsi tersebut di Negara kita tercinta, Indonesia.
            Korupsi yang terjadi di Negara kita ini sudah pada tingkat parah. Kerugian yang ditimbulkan dampaknya sistemik, pada seluruh sector kehidupan. karna itu harus segera di tangani dengan baik, oleh sistem yang baik, untuk melahirkan orang-orang yang benar.
            Maka, orang pertama yang harus melakukan hal ini adalah para orang tua. Orang tua harus punya pendidikan akhlak yang baik untuk bisa memberikan contoh-contoh yang  baik pula untuk anak-anaknya. Anak-anak meniru dan mencontoh tingkah laku orang tuanya, ketika orang tua mengeluhkan buruknya sikap anak-anaknya sesungguhnya orang tua sedang mengeluhkan sikapnya sendiri. Dalam hal ini bisa kita katakana pada orang tua ‘’seandainya anda mau memperbaiki sikap anda terlebih dahulu, niscaya anak-anak anda akan menjadi baik dengan sendirinya. Bukankah cabang bagian dari pohonnya. Jika orang tua membiasakan diri bersikap jujur, disiplin, menepati janji, berbakti kepada orang tua, silaturahmi, dan amanah mereka akan menghasilkan anak-anak yang seperti itu pula’’.
            Bertolak dari sistem pendidikan Nabiullah SAW. pendidikan akhlak itu adalah pendidikan pertama dan utama untuk anak-anak. Sejak dini beliau mengajarkan kejujuran dan kedisiplinan kepada anak-anak dengan cara sholat. Sholat disini adalah induk pendidikan. Dalam menerapkan pendidikan ini Nabiullah SAW selalu berangkat dari Al-Qur’an, karna Al-Qur’an adalah sumber segala ilmu.
            Nabiullah SAW. mencontohkan sistem pendidikan yang komplit, penggabungan antara akhlak mulia dan ilmu pengetahuan. Jadi ilmunya dapat, karakterknya juga dapat. Sehingga hal ini secara langsung dan tidak langsung akan memfilter yang namanaya KKN dan menjadikan karakter anak, karakter anti korupsi.  
            Sistem pendidikan ala Nabiullah SAW. yang kita butuhkan sekarang ini. Sistem pendidikan Islam. Yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Nabiullah SAW. menawarkan sistem pendidikan yang yang tepat dan mengena, Beliau memerintahkan untuk menuntut ilmu, beliau terjun langsung untuk melakukan pengarahan dan bercerita untuk membuat perumpamaan. Beliau juga melakukan dialog dan negosiasi dalam proses untuk mendidik sehingga logika anak terbentuk dan bisa mengambil keputusan yang tepat. Nabiullah SAW. terkenal dengan senyumnya, candaanya yang selalu ia terapkan dalam proses pengajaran agar terjadi dinamika belajar sehingga tidak membosankan, Jaris berkata: ‘’Rasulullah SAW. tidak pernah menolak menemuiku semenjak aku masuk islam. Dan setiap kali melihatku beliau selalu tersenyum kepadaku’’ (Shahih Ibnu Hibban, 16/175: dalam Cara Nabi SAW. Mendidik Remaja ABG hal: 116). Dan yang terpenting adalah Beliau tegas dank keras saat melihat pelanggaran. Nabiullah SAW bersabda: ‘’Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu binasa karena apabila orang yang mereka hormati mencuri maka mereka membiarkannya; dan apabila orang yang lemah mencuri maka mereka menghukumna. Demi Allah, seandainya Fatimah binti Mumahmmad mencuri, niscaya aku akan memotong tangannya’’ (Al-Lu-lu’ Wal Marjan: dalam Cara Nabi SAW. Mendidik Remaja ABG Hal;122-123).
            Metode-metode seperti inilah yang kemudian kita butuhkan untuk pendidikan kita. Dan orang tua disini harus memahami betul metode-metode ini sebagai guru pertama untuk anak-anaknya. Muslim pertama yang dicontoh oleh anak-anaknya. Nabiullah SAW. penuh dengan kelembutan dan kasih sayang dalam mendidik sahabat-sahabatnya sehingga lahirlah sebuah generasi shalih yang merupakan generasi terbaik sepanjang masa. Itulah yang kemudian kita harapkan untuk Indonesia. Dengan sistem pendidika yang tepat dari orang tua sejak dini, lingkungan dan bangku sekolah maka insyaallah tidak ada lagi yang namanya Korupsi dan kawan-kawannya.

Sabtu, 30 November 2013

REVIEW NOVEL ‘ CINE US ‘





            Guys, Noura Books nerbitin nih lagi novel keren, judulnya CINE US. Tanggapan pertama gue ngeliat novel ini ‘pasti ceritanya tentang cina’ (karna judulnya CINE, hehehehe) ato ‘mentok-mentok tokoh utamanya cina, yang jalan ceritanya pasti tentang ras, agama atau sejenisnya’ tapi pas gue baca sinopsisnya, wah beda bro, dan gue baca sekali lagi sinopsisnya, bikin penasaran. Harganya cukup mahal sih untuk kantong mahasiswa seperti gue, 45000-an bro, ada kembaliannya sih beberapa perak. Tapi dari pada nganggur dikos dak ada kerjaan gue paksain beli (bye-bye Bakso). Lagian gue mau tahu, bagaimana si tokoh utama ‘Lena’ mengalahkan mantan pacarnya di festival film remaja, sepertinya ini akan seru.
            Tidak perlu waktu bertahun untuk gue nyelesaiin novel ini, habis ceritanya ngalir, enak dibaca, bahasanya simple dan agak puitis, yang pasti cocok banget untuk remaja-remaja galau agar tidak galau lagi. Di novel ini, kamu akan temukan bahwa cinta itu memang menyakitkan apalagi setelah patah hati tapi bisa jadi batu loncatan yang begitu tinggi dan kerennya kamu selalu punya kekuatan lebih untuk meloncati batu tinggi tersebut.
            Evi Sri Rezeki (kok, kesannya dak sopan yah, panggil kakak ato mbak yah? Kak aja de), Kak Evi suskses habis menceritakan tokoh Lena dalam novel ini, kreatif, penuh semangat (kalah Naruto) dan pantang menyerah. Lena dalam novel ini berhasil mengubah energy negative dari sakit hatinya terhadap mantan pacarnya menjadi energy positif dan kerennya ia mampu menularkannya keteman-temannya yang lain. Dan satu hal lagi, si cowok misteris, sukses juga diceritakan dengan misterisu pula. Tapi kenapa yah, dia suka muncul dari balik semak-semak? Seperti kucing ato kelinci aja, tapi disitulah sisi menariknya guys.
             Banyak inspirasi yang bisa kita dapatkan dari novel ini, semangatnya, kreatifitasnya, inovasinya dan yang paling keren adalah Webnya. Jadi penasaran nih ingin membuat web seperti cowok misterius dalam novel, kalian mau tahu namanya. Kalo gue beritahu jadinya tidak misterius lagi donk, hehehehe, beli bukunya and than rasakan sensasinya. 



http://www.smartfren.com/ina/home/
 www.noura.mizan.com






Rabu, 27 November 2013

KEMARIN


sore ini
ada dibagian hatiku yang gerimis
membasahi hampir seluruh  luka dan haruskah aku merasa perih lagi disenja sore ini

aku terpekur
kaku dalam cinta
menghantam bagian2 yg tak kusangka
haruskah aku merana lagi melihat senyummu pergi
seperti kupu-kupu meninggalakan kepompongnya
tak berperih tak ingin kembali lagi

aku tak sanggup
mencerna bibirmi yg manis
cinta dan bayang2
seperti hari kemarin haruskah aku mengenangmu hanya sebagai hari kemarin
kasihku!
aku ragu, masih pantaskah kau kupanggil kasih!
samar-samar
kulihat kau jatuh cinta lagi...

GENERASI MUDA DAN DUNIA POLITIK




            Generasi muda Indonesia adalah tunas-tunas bangsa penerus cita-cita mulia Pacasila untuk menjadikan Indonesia Negara yang utuh, sejahtera, adil dan makmur dalam keberagaman kehidupan masyarakatnya. Di pundak generasi-generasi muda ini kemudian kita akan menaruh kepercayaan dan tanggung jawab yang besar untuk masa depan Indonesia dimasa yang akan datang. Kemudian timbul pertanyaan, mampukah kemudian generasi-generasi muda kita mengembang amanah sebesar ini?
            Indonesia adalah Negara berkembang dengan jumlah penduduk muda yang sangat banyak dan dari latar belakang budaya yang berbeda-beda. Keberagaman ini bukanlah sebuah masalah melainkan anugerah yang besar dari Tuhan Yang Maha Esa. Banyaknya penduduk muda Indonesia menjadikannya sebagai pusat perkembangan budaya dan politik. Generasi muda sekarang dihadapkan pada banyak dinamika, terutama dinamika politik yang berpengaruh pada perkembangan sosial dan psikologis remaja dalam kehidupannya. Karena hal inilah kemudian pendidikan politik itu menjadi penting untuk generasi muda Indonesia. Pendidikan politik untuk generasi muda dimaksudkan agar generasi muda ini tahu hak dan kewajiban mereka sebagai warga Negara selain itu agar tidak timbul paradigma ‘’politik itu kotor’’ di benak generasi-generasi penerus bangsa.
            Generasi-generasi muda dalam politik ini adalah remaja-remaja berusia 17-21 tahun yang umumnya baru akan terjung ke dunia politik sebagai pemilih pemula. mereka adalah generasi –generasi bangsa yang masih duduk di bangku-bangku SMA umumnya kelas 12 dan mahasiswa-mahasiswa semester-semester awal. Mereka bukan tidak memahami dunia politik melainkan mereka sudah cukup banyak mendaptkan informasi mengenai dinamika-dinamika perpolitikan di tanah air dari media-media informasi seperti televisi, radio, Koran, maupun jejaring sosial. Mengingat keadaan perpolitikan Indonesia saat ini yang sedang carut marut dengan berita-berita negative terutama korupsi yang dilakukan para pelaku politik yang disiarkan diberbagai media bukan tidak mungkin generasi-generasi muda saat ini mendaptkan gambaran negative tentang politik. Mungkin inilah kemudian yang menjadi alasan mengapa pemilihan Gubernur di Jabar 2012 lalu terdapat lebih dari dari 30% pemilih tetap memilih untuk golput, karena anggapan negative tadi yang berkembang dimasyarakat termasuk para pemilih pemula yang kemudian memilih untuk golput.
              Disinilah peranan pendidikan politik dini terhadap para remaja-remaja agar paradigma ‘’politik kotor’’ itu dihilangkan. Politik tidak kotor tapi orangnya yang kotor. Berbicara politik sama saja dengan berbicara kekuasaan. Berbicara kekuasaan sama saja berbicara perubahan. Dan berbicara perubahan maka ada dua hal yang akan terjadi, yaitu perubahan positif dan negative. Karena politik itu tidak kotor melainkan orangnya maka, ketika politik ini berada ditangan yang kotor hasilnya adalah seperti yang kita lihat hari ini di berita-berita mengenai korupsi, kolusi dan nepotisme. Tetapi jika kemudian politik ini ada ditangan yang tepat maka Negara ini akan menjadi negara yang maju, utuh dan damai dengan kemajemukannya.
            Pendidikan politik untuk generasi-generasi muda bangsa ini sangat penting untuk meningkatkan ketajaman naluri politik sehingga generasi muda ini bisa menjadi pemilih-pemilih yang cerdas yang tidak hanya datang ke TPS mencoblos kemudian selesai permasalahan. Tetapi generasi-generasi muda ini diharapkan memiliki tanggung jawab moral dalam memilih pemimpin yang berkualitas, cerdas, dan memiliki visi dan misi yang jelas dan berpihak pada rakyat sekaligus menjadi pengawas pemilu dan mengawal perjalanan calon yang terpilih sebagai pemimpin selama 5 tahun kedepannya.   
             Generasi muda ini adalah ‘agen of change’ sebagai pemilih yang rasional, memilih berdasarkan kualitas calon bukan yang ‘money politik’. Generasi muda masih fresh, bersih, jujur dan idealis, hal ini jangan kita kotori dengan hal-hal yang dapat merusak generasi ini karena ditangan merekalah kemudian masa depan Indonesia dipertaruhkan.
            Hari ini yang kita lihat bahwa para parpol dan calon-calon pemimpin cenderung mengabaikan generasi-generasi muda ini seolah-olah mereka tidak ada. Padahal jumlah mereka sangat banyak dan mampu memberikan jumlah suara yang cukup signifikan dalam pemilu. Jumlah pemilih pemula 2014 ini kurang  lebih 40 juta jiwa, jumlah ini tidak sedikit dan pemilih pemula ini ‘update’ tentang dunia perpolitikan di tanah air mereka tahu siapa calon-calon layak dan tidak layak menduduki kursi pemimpin. Selain itu mereka ini masih fresh, bersih, jujur dan idealis, tap mereka masih labil dan butuh landasan yang kuat untuk mempertahankan sikap ini. Pemerintah, LSM, Parpol-parpol dan calon-calon pemimpin ini seharusnya mulai sekarang harus gencar mensosialisasikan di tingkat SMA dan Univesitas serta pemuda-pemudi yang hidup di dalam masyarakat seperti apa itu politik yang seharusnya, hakikat politik dan hakikat suatu Negara agak kemudian paradigma politik bersih dan politik kotor itu tidak ada lagi. Kemudian kita hanya akan mengenal 1 yaitu POLITIK.
            Parpol-parpol dan calon-calon pemimpin yang akan terjun harus tampil beda untuk memikat para pemilih pemula ini. Jika kemudian saat tampil dihadapan pemilih dewasa dengan gaya tegas, otoriter, dan formal, mereka harus mengubahnya saat tampil dihadapan pemilih pemula, yaitu dengan cara tampil lebih segar, terbuka dan ramah agar hati pemilih pemula ini bisa terpikat. Dan satu hal yang tidak terlepas dari kaula muda adalah jejaring sosial, karena kebanyakan pengguna jejaring sosial itu adalah para pemuda-pemudi usia pemilih pemula. Maka jejaring sosial ini bisa menjadi media untuk menghubungkan antara para kandidat dengan para pemilih pemula. Terlepas dari semua itu biasanya para pemilih pemula ini suaranya ditentukan oleh lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya, mereka masih sangat labil sehingga mudah untuk dipengaruhi. Untuk mendapatkan suara dari pemilih pemula ini para candidat harus kerja ekstra dengan cara yang benar dan tepat. Hal ini sekaligus memberikan pemahaman terhadap pemilih pemula ini akan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang baik.
            Generasi-generasi muda ini memang sudah seharusnya mendapatkan pendidikan politik yang benar agar mereka tahu seperti apa itu kekuasaan, bagaimana duduk yang benar di kursi kekuasaan, seperti apa hak dan kewajiban sebagai pemegang kekuasaan dan untuk siapa kekuasaan itu. Mereka harus memahami hakikatnya sebagai individu, manusia sosial, masyarakat dan memahami bagaimana hidup berdampingan dengan nilai dan norma sekaligus warga Negara yang baik.  Kita harus memulai satu langkah untuk membuat langkah-langkah berikutnya, dan kita bisa mulai dengan mendidik generasi muda ini untuk ‘say no’ pada golput dan ‘say no’ pada ‘money politik’. Untuk bisa melakukan semua itu kita harus berswadaya bersama-sama mewujudkannya, masuk kesekolah-sekolah, universitas-universitas, merangkul LSM (lembaga swadaya masyarakat), organisasi-organisasi kepemudaan termasuk para parpol dan calon-calon pemimpin, membangun kesadaran bersama demi tanah air tercinta. Memberikan pemahaman yang benar tentang politik kepada generasi muda dan mengajari mereka cara berpolik yang benar, menghilangkan paradigma negative dan membangun paradigm positif sehingga generasi muda kita tumbuh sebagai orang-orang yang sadar polik dan tahu bagaimana berpolitik yang benar.  Jika semua hal ini kita lakukan dengan baik dan benar maka generasi-generasi muda betul-betul akan menjadi ‘agen of change’ dalam dunia perpolitikan tanah air tercinta
             Saya optimis bahwa generasi muda Indonesia mampu memberikan warna yang berbeda sekaligus menyegarkan untuk pembaharuan Indonesia dimasa yang akan datang. Beri mereka kesempatan, dorongan untuk menjadi The Best In The Indonesia And The World dengan begitu kita bisa memberikan amanah yang besar ini kepada mereka untuk melanjutkan perjuangan Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Bahasa Daerah Tak Terdeteksi di Kurikukum 2013


 
                Inilah Indonesia yang dengan tingkat itelegens yang tinggi hingga kita tidak henti-hentinya mengganti kurikulum. Tahun ini Indonesia akan kembali melahirkan kurikulum baru, kurikulum 2013. Pertanyaannya sampai dimana kurikulum ini akan mampu bertahan? Hanya mentri pendidikan periode yang akan datang saja yang mampu menjawabnya.
                Tidak bisa dipungkiri bahwa kurikulum 2006 atau yang lebih kita kenal dengan sebutan Satandar KTSP memiliki banyak kekurangan. Salah satunya adalah sistem pembelajarannya berpusat pada guru sehingga peserta didik cenderung seperti ‘’disuapi’’ dalam proses belajar-mengajar sehingga tidak terjadi interaksi didalam proses belajar-mengajar tersebut. Metode mengajarnyapun sangat kaku sehingga membuat para peserta didik jenuh dan bosan. Dan terlalu menitik beratkan pada aspek kognitif dan kurang bermuatan karakter. Hanya satu kelebihan kurikulum 2006 ini bahwa didalam kurikulum 2006 masih tercium aroma cinta tanah air dengan dijadikannya bahasa daerah sebagai bagian dari kurikulum. Sementara dikurikulum baru ini, kurikulum 2013 Bahasa Daerah sama sekali tak terdeteksi.
                Alasan apa yang menjadi dasar dihilangkannya bahasa daerah dalam kurikulum baru ini? Alasan apapun seharusnya tidak bisa dijadikan dasar untuk menghilangkan bahasa daerah dalam kurikulum. Bahasa daerah adalah bahasa Ibu warisan bangsa yang sangat berharaga dan patut di perjuangkan kelestariannya. Tapi ternyata hal ini tidak sama bagi mereka yang duduk di balik kurikum 2013 ini.
                Alih-alih Bahasa Daerah akan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seni budaya dan prakarya, bukankah materi seni budaya itu sudah sangat banyak. Didalamnya terdapat seni music, seni rupa, seni tari, seni lukis, seni pahat, dan banyak lagi yang lain yang tentu membutuhkan banyak waktu untuk mempelajarinya lalu kapan Bahasa Daerah akan diajarkan? Mempelajari setiap sub dari seni budaya itu sendiri kadang tidak tuntas apalagi harus ditambah dengan Bahasa Daerah. Bahasa Daerah butuh jam sendiri bukan ‘’numpang’’ di mata pelajaran lain. Pengintegrasian ini adalah bahasa pengalusan dihilangkannya Bahasa Daerah dalam kurikulum. Kurikulum 2013 cinta tanah air tanpa Bahasa Daerah sama saja bohong.
                UUD 1945 pasal 32 ayat (2) yang berbunyi  ‘’negara menghormati dan memelihara Bahasa Daerah sebagai kekayaan budaya nasional’’. Mungkin UU ini dilupakan oleh para pencetus kurikulum 2013 sehingga bahasa daerah dihapuskan dalam kurikulum ini.  Hal ini pada akhirnya menimbulkan keraguan dari banyak pihak tentang komitmen pemerintah dalam melaksanakan amanat konstitusi tersebut. Kita harus kembali kepada pengertian budaya nasional. Budaya nasional merupakan puncak-puncak dari kebudayaan daerah diseluruh nusantara, dan termasuk didalamnya adalah Bahasa Daerah. Indonesia memiliki lebih dari 700 macam bahasa daerah dan banyak diantaranya butuh perhatian ekstra dari pemerintah karena sudah banyak yang terancam punah, lalu kemudian kurikulum 2013 menghilangkannya dari dunia pendidikan lalu kepada siapa lagi kita berharap Bahasa Daerah ini dilestarikan kalau pendidikan kita saja menolak melestarikannya. Padahal didunia pendidikan generasi-genersi muda bangsa ini akan mengalami proses-proses pembudayaan dan lewat pendidikan pula proses-proses sebuah bangsa mewujudkan kebudayaannya akan tercipta seperti yang diinginkan. Kebudayaan bukan sebatas perlu dilestaraikan melainkan menjadi jati diri untuk merepons budaya-budaya lain dan menghadapai berbagai tantangan globalisasi dimasa akan datang.
                Apakah kurikulum 2013 malu dengan Bahasa Daerah? Apakah orang-orang dibalik kurikulum ini tidak memiliki Bahasa Daerah? Ataukah mereka pemain naturalisasi dalam pemerintahan kita? Pantaskah kita mempercayakan sistem pendidikan dengan filosofi budaya luhur ditangan mereka yang menghilangkan budaya luhur itu sendiri yaitu Bahasa Daerah.
                Didalam Bahasa Daerah itu terdapat banyak sekali nilai-nilai luhur warisan nenek moyang yang selaras dengan Agama, Pancasila dan UUD 1945 sekaligus menjunjung tinggi adat-istiadat dan norma yang berlaku didalam masyarakat. Bahasa Daerah adalah jati diri anak-anak bangsa. Menghilangkan Bahasa Daerah sama menghilangkan jati diri bangsa. Generasi muda akan kesulitan mengenali dirinya sebagai bagian dari kemajemukan masyarakat Indonesia dan dunia modernisasi saat ini.  Mereka akan kebarat-baratan, budaya timur akan perlahan hilang di ikuti oleh budaya lokal di dalam diri generasi muda dan masyarakat. satu hal yang harus kita ingat bahwa Bahasa Indonesia bahasa kebangsaan kita itu diambil dari bahasa Melayu, dan sangat disayangkan kurikulum 2013 tidak sejalan dengan amanat bangsa dan tidak sensitive dengan budaya masyarakat khususnya Bahasa Daerah.
                Kurikulum 2013 masih dalam bentuk draf tapi sudah bisa dipastikan tahun ini kisarannya Juni akan mulai diberlakukan. Jika kemudian pemerintah tetap bersikukuh meniadakan Bahasa Daerah atau bahasa halusnya mengintegrasikannya kedalam mata pelajaran Seni Budaya maka pemerintah daerah harus bersiap-siap untuk membuat aturan-aturan daerah atau peraturan gubernur untuk menjaga Bahasa Daerah tetap menjadi mata pelajaran mandiri atau berdiri sendiri. Pemerintah daerah harus menyegarakan hal ini dan butuh keseriusan didalamnya, karena Bahasa Daerah bukanlah sebatas artefak  yang harus dilestarikan tapi lebih dari. Bahasa Daerah membentuk karakter anak bangsa dengan kearifan lokal didalamnya. Budaya-budaya luhur yang syarat dengan makna tinggi dan selarah dengan kehidupan dunia dan agama.