Generasi muda Indonesia adalah tunas-tunas bangsa penerus
cita-cita mulia Pacasila untuk menjadikan Indonesia Negara yang utuh,
sejahtera, adil dan makmur dalam keberagaman kehidupan masyarakatnya. Di pundak
generasi-generasi muda ini kemudian kita akan menaruh kepercayaan dan tanggung
jawab yang besar untuk masa depan Indonesia dimasa yang akan datang. Kemudian
timbul pertanyaan, mampukah kemudian generasi-generasi muda kita mengembang
amanah sebesar ini?
Indonesia adalah Negara berkembang dengan jumlah penduduk
muda yang sangat banyak dan dari latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Keberagaman ini bukanlah sebuah masalah melainkan anugerah yang besar dari
Tuhan Yang Maha Esa. Banyaknya penduduk muda Indonesia menjadikannya sebagai
pusat perkembangan budaya dan politik. Generasi muda sekarang dihadapkan pada
banyak dinamika, terutama dinamika politik yang berpengaruh pada perkembangan
sosial dan psikologis remaja dalam kehidupannya. Karena hal inilah kemudian
pendidikan politik itu menjadi penting untuk generasi muda Indonesia.
Pendidikan politik untuk generasi muda dimaksudkan agar generasi muda ini tahu
hak dan kewajiban mereka sebagai warga Negara selain itu agar tidak timbul
paradigma ‘’politik itu kotor’’ di benak generasi-generasi penerus bangsa.
Generasi-generasi muda dalam politik ini adalah
remaja-remaja berusia 17-21 tahun yang umumnya baru akan terjung ke dunia
politik sebagai pemilih pemula. mereka adalah generasi –generasi bangsa yang
masih duduk di bangku-bangku SMA umumnya kelas 12 dan mahasiswa-mahasiswa
semester-semester awal. Mereka bukan tidak memahami dunia politik melainkan
mereka sudah cukup banyak mendaptkan informasi mengenai dinamika-dinamika
perpolitikan di tanah air dari media-media informasi seperti televisi, radio,
Koran, maupun jejaring sosial. Mengingat keadaan perpolitikan Indonesia saat
ini yang sedang carut marut dengan berita-berita negative terutama korupsi yang
dilakukan para pelaku politik yang disiarkan diberbagai media bukan tidak
mungkin generasi-generasi muda saat ini mendaptkan gambaran negative tentang
politik. Mungkin inilah kemudian yang menjadi alasan mengapa pemilihan Gubernur
di Jabar 2012 lalu terdapat lebih dari dari 30% pemilih tetap memilih untuk
golput, karena anggapan negative tadi yang berkembang dimasyarakat termasuk
para pemilih pemula yang kemudian memilih untuk golput.
Disinilah peranan
pendidikan politik dini terhadap para remaja-remaja agar paradigma ‘’politik
kotor’’ itu dihilangkan. Politik tidak kotor tapi orangnya yang kotor.
Berbicara politik sama saja dengan berbicara kekuasaan. Berbicara kekuasaan
sama saja berbicara perubahan. Dan berbicara perubahan maka ada dua hal yang
akan terjadi, yaitu perubahan positif dan negative. Karena politik itu tidak
kotor melainkan orangnya maka, ketika politik ini berada ditangan yang kotor
hasilnya adalah seperti yang kita lihat hari ini di berita-berita mengenai
korupsi, kolusi dan nepotisme. Tetapi jika kemudian politik ini ada ditangan
yang tepat maka Negara ini akan menjadi negara yang maju, utuh dan damai dengan
kemajemukannya.
Pendidikan politik untuk generasi-generasi muda bangsa
ini sangat penting untuk meningkatkan ketajaman naluri politik sehingga
generasi muda ini bisa menjadi pemilih-pemilih yang cerdas yang tidak hanya
datang ke TPS mencoblos kemudian selesai permasalahan. Tetapi generasi-generasi
muda ini diharapkan memiliki tanggung jawab moral dalam memilih pemimpin yang
berkualitas, cerdas, dan memiliki visi dan misi yang jelas dan berpihak pada
rakyat sekaligus menjadi pengawas pemilu dan mengawal perjalanan calon yang
terpilih sebagai pemimpin selama 5 tahun kedepannya.
Generasi muda ini adalah ‘agen of change’ sebagai
pemilih yang rasional, memilih berdasarkan kualitas calon bukan yang ‘money
politik’. Generasi muda masih fresh, bersih, jujur dan idealis, hal ini jangan
kita kotori dengan hal-hal yang dapat merusak generasi ini karena ditangan
merekalah kemudian masa depan Indonesia dipertaruhkan.
Hari ini yang kita lihat bahwa para
parpol dan calon-calon pemimpin cenderung mengabaikan generasi-generasi muda
ini seolah-olah mereka tidak ada. Padahal jumlah mereka sangat banyak dan mampu
memberikan jumlah suara yang cukup signifikan dalam pemilu. Jumlah pemilih
pemula 2014 ini kurang lebih 40 juta
jiwa, jumlah ini tidak sedikit dan pemilih pemula ini ‘update’ tentang dunia
perpolitikan di tanah air mereka tahu siapa calon-calon layak dan tidak layak
menduduki kursi pemimpin. Selain itu mereka ini masih fresh, bersih, jujur dan
idealis, tap mereka masih labil dan butuh landasan yang kuat untuk
mempertahankan sikap ini. Pemerintah, LSM, Parpol-parpol dan calon-calon
pemimpin ini seharusnya mulai sekarang harus gencar mensosialisasikan di
tingkat SMA dan Univesitas serta pemuda-pemudi yang hidup di dalam masyarakat seperti
apa itu politik yang seharusnya, hakikat politik dan hakikat suatu Negara agak
kemudian paradigma politik bersih dan politik kotor itu tidak ada lagi.
Kemudian kita hanya akan mengenal 1 yaitu POLITIK.
Parpol-parpol dan calon-calon
pemimpin yang akan terjun harus tampil beda untuk memikat para pemilih pemula
ini. Jika kemudian saat tampil dihadapan pemilih dewasa dengan gaya tegas,
otoriter, dan formal, mereka harus mengubahnya saat tampil dihadapan pemilih
pemula, yaitu dengan cara tampil lebih segar, terbuka dan ramah agar hati
pemilih pemula ini bisa terpikat. Dan satu hal yang tidak terlepas dari kaula
muda adalah jejaring sosial, karena kebanyakan pengguna jejaring sosial itu
adalah para pemuda-pemudi usia pemilih pemula. Maka jejaring sosial ini bisa
menjadi media untuk menghubungkan antara para kandidat dengan para pemilih
pemula. Terlepas dari semua itu biasanya para pemilih pemula ini suaranya
ditentukan oleh lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya, mereka
masih sangat labil sehingga mudah untuk dipengaruhi. Untuk mendapatkan suara
dari pemilih pemula ini para candidat harus kerja ekstra dengan cara yang benar
dan tepat. Hal ini sekaligus memberikan pemahaman terhadap pemilih pemula ini akan
hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang baik.
Generasi-generasi muda ini memang
sudah seharusnya mendapatkan pendidikan politik yang benar agar mereka tahu
seperti apa itu kekuasaan, bagaimana duduk yang benar di kursi kekuasaan,
seperti apa hak dan kewajiban sebagai pemegang kekuasaan dan untuk siapa
kekuasaan itu. Mereka harus memahami hakikatnya sebagai individu, manusia
sosial, masyarakat dan memahami bagaimana hidup berdampingan dengan nilai dan
norma sekaligus warga Negara yang baik. Kita harus memulai satu langkah untuk membuat
langkah-langkah berikutnya, dan kita bisa mulai dengan mendidik generasi muda
ini untuk ‘say no’ pada golput dan ‘say no’ pada ‘money politik’. Untuk bisa
melakukan semua itu kita harus berswadaya bersama-sama mewujudkannya, masuk
kesekolah-sekolah, universitas-universitas, merangkul LSM (lembaga swadaya
masyarakat), organisasi-organisasi kepemudaan termasuk para parpol dan
calon-calon pemimpin, membangun kesadaran bersama demi tanah air tercinta.
Memberikan pemahaman yang benar tentang politik kepada generasi muda dan
mengajari mereka cara berpolik yang benar, menghilangkan paradigma negative dan
membangun paradigm positif sehingga generasi muda kita tumbuh sebagai
orang-orang yang sadar polik dan tahu bagaimana berpolitik yang benar. Jika semua hal ini kita lakukan dengan baik dan
benar maka generasi-generasi muda betul-betul akan menjadi ‘agen of change’
dalam dunia perpolitikan tanah air tercinta
Saya optimis bahwa generasi muda Indonesia
mampu memberikan warna yang berbeda sekaligus menyegarkan untuk pembaharuan
Indonesia dimasa yang akan datang. Beri mereka kesempatan, dorongan untuk
menjadi The Best In The Indonesia And The World dengan begitu kita bisa
memberikan amanah yang besar ini kepada mereka untuk melanjutkan perjuangan
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar