Rabu, 27 November 2013

GENERASI MUDA DAN DUNIA POLITIK




            Generasi muda Indonesia adalah tunas-tunas bangsa penerus cita-cita mulia Pacasila untuk menjadikan Indonesia Negara yang utuh, sejahtera, adil dan makmur dalam keberagaman kehidupan masyarakatnya. Di pundak generasi-generasi muda ini kemudian kita akan menaruh kepercayaan dan tanggung jawab yang besar untuk masa depan Indonesia dimasa yang akan datang. Kemudian timbul pertanyaan, mampukah kemudian generasi-generasi muda kita mengembang amanah sebesar ini?
            Indonesia adalah Negara berkembang dengan jumlah penduduk muda yang sangat banyak dan dari latar belakang budaya yang berbeda-beda. Keberagaman ini bukanlah sebuah masalah melainkan anugerah yang besar dari Tuhan Yang Maha Esa. Banyaknya penduduk muda Indonesia menjadikannya sebagai pusat perkembangan budaya dan politik. Generasi muda sekarang dihadapkan pada banyak dinamika, terutama dinamika politik yang berpengaruh pada perkembangan sosial dan psikologis remaja dalam kehidupannya. Karena hal inilah kemudian pendidikan politik itu menjadi penting untuk generasi muda Indonesia. Pendidikan politik untuk generasi muda dimaksudkan agar generasi muda ini tahu hak dan kewajiban mereka sebagai warga Negara selain itu agar tidak timbul paradigma ‘’politik itu kotor’’ di benak generasi-generasi penerus bangsa.
            Generasi-generasi muda dalam politik ini adalah remaja-remaja berusia 17-21 tahun yang umumnya baru akan terjung ke dunia politik sebagai pemilih pemula. mereka adalah generasi –generasi bangsa yang masih duduk di bangku-bangku SMA umumnya kelas 12 dan mahasiswa-mahasiswa semester-semester awal. Mereka bukan tidak memahami dunia politik melainkan mereka sudah cukup banyak mendaptkan informasi mengenai dinamika-dinamika perpolitikan di tanah air dari media-media informasi seperti televisi, radio, Koran, maupun jejaring sosial. Mengingat keadaan perpolitikan Indonesia saat ini yang sedang carut marut dengan berita-berita negative terutama korupsi yang dilakukan para pelaku politik yang disiarkan diberbagai media bukan tidak mungkin generasi-generasi muda saat ini mendaptkan gambaran negative tentang politik. Mungkin inilah kemudian yang menjadi alasan mengapa pemilihan Gubernur di Jabar 2012 lalu terdapat lebih dari dari 30% pemilih tetap memilih untuk golput, karena anggapan negative tadi yang berkembang dimasyarakat termasuk para pemilih pemula yang kemudian memilih untuk golput.
              Disinilah peranan pendidikan politik dini terhadap para remaja-remaja agar paradigma ‘’politik kotor’’ itu dihilangkan. Politik tidak kotor tapi orangnya yang kotor. Berbicara politik sama saja dengan berbicara kekuasaan. Berbicara kekuasaan sama saja berbicara perubahan. Dan berbicara perubahan maka ada dua hal yang akan terjadi, yaitu perubahan positif dan negative. Karena politik itu tidak kotor melainkan orangnya maka, ketika politik ini berada ditangan yang kotor hasilnya adalah seperti yang kita lihat hari ini di berita-berita mengenai korupsi, kolusi dan nepotisme. Tetapi jika kemudian politik ini ada ditangan yang tepat maka Negara ini akan menjadi negara yang maju, utuh dan damai dengan kemajemukannya.
            Pendidikan politik untuk generasi-generasi muda bangsa ini sangat penting untuk meningkatkan ketajaman naluri politik sehingga generasi muda ini bisa menjadi pemilih-pemilih yang cerdas yang tidak hanya datang ke TPS mencoblos kemudian selesai permasalahan. Tetapi generasi-generasi muda ini diharapkan memiliki tanggung jawab moral dalam memilih pemimpin yang berkualitas, cerdas, dan memiliki visi dan misi yang jelas dan berpihak pada rakyat sekaligus menjadi pengawas pemilu dan mengawal perjalanan calon yang terpilih sebagai pemimpin selama 5 tahun kedepannya.   
             Generasi muda ini adalah ‘agen of change’ sebagai pemilih yang rasional, memilih berdasarkan kualitas calon bukan yang ‘money politik’. Generasi muda masih fresh, bersih, jujur dan idealis, hal ini jangan kita kotori dengan hal-hal yang dapat merusak generasi ini karena ditangan merekalah kemudian masa depan Indonesia dipertaruhkan.
            Hari ini yang kita lihat bahwa para parpol dan calon-calon pemimpin cenderung mengabaikan generasi-generasi muda ini seolah-olah mereka tidak ada. Padahal jumlah mereka sangat banyak dan mampu memberikan jumlah suara yang cukup signifikan dalam pemilu. Jumlah pemilih pemula 2014 ini kurang  lebih 40 juta jiwa, jumlah ini tidak sedikit dan pemilih pemula ini ‘update’ tentang dunia perpolitikan di tanah air mereka tahu siapa calon-calon layak dan tidak layak menduduki kursi pemimpin. Selain itu mereka ini masih fresh, bersih, jujur dan idealis, tap mereka masih labil dan butuh landasan yang kuat untuk mempertahankan sikap ini. Pemerintah, LSM, Parpol-parpol dan calon-calon pemimpin ini seharusnya mulai sekarang harus gencar mensosialisasikan di tingkat SMA dan Univesitas serta pemuda-pemudi yang hidup di dalam masyarakat seperti apa itu politik yang seharusnya, hakikat politik dan hakikat suatu Negara agak kemudian paradigma politik bersih dan politik kotor itu tidak ada lagi. Kemudian kita hanya akan mengenal 1 yaitu POLITIK.
            Parpol-parpol dan calon-calon pemimpin yang akan terjun harus tampil beda untuk memikat para pemilih pemula ini. Jika kemudian saat tampil dihadapan pemilih dewasa dengan gaya tegas, otoriter, dan formal, mereka harus mengubahnya saat tampil dihadapan pemilih pemula, yaitu dengan cara tampil lebih segar, terbuka dan ramah agar hati pemilih pemula ini bisa terpikat. Dan satu hal yang tidak terlepas dari kaula muda adalah jejaring sosial, karena kebanyakan pengguna jejaring sosial itu adalah para pemuda-pemudi usia pemilih pemula. Maka jejaring sosial ini bisa menjadi media untuk menghubungkan antara para kandidat dengan para pemilih pemula. Terlepas dari semua itu biasanya para pemilih pemula ini suaranya ditentukan oleh lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya, mereka masih sangat labil sehingga mudah untuk dipengaruhi. Untuk mendapatkan suara dari pemilih pemula ini para candidat harus kerja ekstra dengan cara yang benar dan tepat. Hal ini sekaligus memberikan pemahaman terhadap pemilih pemula ini akan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang baik.
            Generasi-generasi muda ini memang sudah seharusnya mendapatkan pendidikan politik yang benar agar mereka tahu seperti apa itu kekuasaan, bagaimana duduk yang benar di kursi kekuasaan, seperti apa hak dan kewajiban sebagai pemegang kekuasaan dan untuk siapa kekuasaan itu. Mereka harus memahami hakikatnya sebagai individu, manusia sosial, masyarakat dan memahami bagaimana hidup berdampingan dengan nilai dan norma sekaligus warga Negara yang baik.  Kita harus memulai satu langkah untuk membuat langkah-langkah berikutnya, dan kita bisa mulai dengan mendidik generasi muda ini untuk ‘say no’ pada golput dan ‘say no’ pada ‘money politik’. Untuk bisa melakukan semua itu kita harus berswadaya bersama-sama mewujudkannya, masuk kesekolah-sekolah, universitas-universitas, merangkul LSM (lembaga swadaya masyarakat), organisasi-organisasi kepemudaan termasuk para parpol dan calon-calon pemimpin, membangun kesadaran bersama demi tanah air tercinta. Memberikan pemahaman yang benar tentang politik kepada generasi muda dan mengajari mereka cara berpolik yang benar, menghilangkan paradigma negative dan membangun paradigm positif sehingga generasi muda kita tumbuh sebagai orang-orang yang sadar polik dan tahu bagaimana berpolitik yang benar.  Jika semua hal ini kita lakukan dengan baik dan benar maka generasi-generasi muda betul-betul akan menjadi ‘agen of change’ dalam dunia perpolitikan tanah air tercinta
             Saya optimis bahwa generasi muda Indonesia mampu memberikan warna yang berbeda sekaligus menyegarkan untuk pembaharuan Indonesia dimasa yang akan datang. Beri mereka kesempatan, dorongan untuk menjadi The Best In The Indonesia And The World dengan begitu kita bisa memberikan amanah yang besar ini kepada mereka untuk melanjutkan perjuangan Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Tidak ada komentar: